Unsur-Unsur Kebudayaan

11:40 PM

Unsur-Unsur Kebudayaan
Seseorang yang sedang menganalisa suatu kebudayaan perlu membagi seluruh kebudayaan yang terintegrasi ke dalam unsur-unsur besar, yang disebut juga “unsur-unsur kebudayaan universal”. Namun ada bermacam-macam pandangan dan pengertian tentang unsur-unsur dari kebudayaan secara universal. Dengan mengambil intisari dari berbagai kerangka  yang ada mengenai unsur-unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia berjumalh tujuh, yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan, yaitu:
1.     SISTEM BAHASA

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat pula dalam menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

Contohnya ialah penggunaan bahasa Sunda pada masyarakat Jawa Barat yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu, Sunda kasar dan Sunda halus. Tidak ada batasan jelas dalam daerah penyebaran dimana letak bahasa Sunda kasar maupun bahasa Sunda halus tersebut diaplikasikan.

2.     SISTEM PENGETAHUAN

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a.       alam sekitarnya;
b.      tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c.       binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d.      zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e.      tubuh manusia;
f.        sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g.       ruang dan waktu.

3.     SISTEM KEKERABATAN DAN ORGANISASI SOSIAL

Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

Dalam suku Asmat dasar sistem organisasi sosialnya adalah keluarga inti monogamy atau terkadang poligini. Kesatuan keluarga yang lebih luas yaitu uxorilokal yakni pasangan pengantin sesudah menikah berada di rumah keluarga yang lebih luas, atau avunkulokal, yaitu pasangan pengantin setelah menikah akan bertempat tinggal di rumah istri dari keluarga ibu. Berikut ialah contoh sistem organisasi sosial yang berada di Suku Asmat.

4.     SISTEM PERALATAN HIDUP DAN TEKNOLOGI

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

Contohnya dalam segi bangunan ialah, rumah adat Joglo pada masyarakat Jawa, rumah adat Honai pada masyarakat Papua, dsb.

5.     SISTEM MATA PENCARIAN HIDUP

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
a.       berburu dan meramu;
b.      beternak;
c.       bercocok tanam di ladang;
d.      menangkap ikan;
e.      bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

6.       SISTEM RELIGI

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Menurutnya pula sistem religi mempunyai wujud sebgai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi, ruh-ruh halus, neraka, surga, dll, tetapi juga sebagi berbagai bentuk upacara, maupun benda yang dianggap suci dan religius.

Dalam hal ini suku Toraja masih sangat kental akan sistem religi kebudayaannya. Ketika seorang bayi yang baru lahir meninggal dunia, jasadnya tidak dikuburkan didalam tanah melainkan diletakan didalam pohon tertentu dengan tujuan tertentu.

7.     KESENIAN

Kesenian merupakan wujud dari berbagai ide, gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah, tetapi juga dapat memiliki wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola antara masyarakat. Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.


Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong.

You Might Also Like

0 Comment

Popular Posts